Didalam kitab suci agama Islam yaitu Al Qur’an, tidak dijumpai satu pun kata “Kristen”, yang ada kata “Nashara” karena Yesus berasal dari kota Nazareth. Dan pengikut ajaran Yesus disebut “Nashrani” bukan Kristen. Bahkan didalam Alkitab itu sendiri, kata “Kristen’ hanya disebutkan paling banyak 6 (enam ) kali, yaitu pada Kis 11:26, Kis 26:28, Rm 16:7, 1 Kor 9:5, 2 Kor 12:2 dan 1 Ptr 4:16 )
Al Qur’an tidak mengenal Kristen karena yang ditemui oleh Nabi Muhammad adalah Nasrani (umat Al Masih dari mahzab Theologi Timur ). Nabi Muhammad tidak pernah kenal dekat Kristen (umat Al Masih dari mahzab Theologi Barat ) dan interaksi dengan umat Al Masih dari mahzab Theologi Barat (Kristen ) tidak pernah terjadi. Interaksi dekat Nabi Muhammad adalah dengan umat Al Masih Timur, khususnya dari mahzab Timur Oriental, mahzab Assirian Timur, dan Nestorian, misalnya Waroqoh bin Naufal, rahib Bahira (Buhairo ), Siti Khodijah, Maryam, dsb. Menimbang hal-hal tersebut, maka wajar bila Al Qur’an dan Nabi Muhammad sama sekali tidak pernah membahas Kristen (umat Al Masih mahzab Theologi Barat ). ( Baca : Theologi Barat DAN Theologi Timur )
Sedangkan ayat-ayat yang anda sampaikan tersebut menunjukkan proses kemunculan kata “Kristen” dari semula kata ejekan hingga akhirnya diadopsi jadi identitas diri umat Al Masih Barat. Dalam surat 1 Petrus kita bisa melihat bahwa kata “Kristen” ditujukan bagi umat Al Masih di Asia kecil ke arah Barat.
Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (1 Petrus 1:1 )
Meskipun Petrus pada saat itu adalah pemimpin Nasrani (umat Al Masih di Yerusalem ), tapi Petrus mengirimkan surat Petrus itu kepada Kristen, yaitu umat Al Masih di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, terus ke Barat hingga Eropa. Pada bagian surat pertama Petrus kepada Kristen itu, Petrus menyampaikan salam dari “kawanmu yang terpilih di Babilon”. Ini mengimplikasikan bahwa “kawan terpilih di Babilon” itu bukan Kristen.
Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku. (1Petrus 5:13 )
Bayangkan komunitas Babilon (Irak ) berkata “Sampaikan salam kami kepada Kristen”. Implikasinya, komunitas Irak kala itu bukan Kristen. Tentu saja, sebab umat Al Masih di Babilon (Irak ) adalah Nasrani, bukannya Kristen.
Kata “Kristen” dalam Rm 16:7, 1 Kor 9:5, 2 Kor 12:2 ditujukan Paulus kepada umat Al Masih di Roma dan Korintus. Korintus di Asia Kecil sedangkan Roma di Eropa. Ini juga menunjukkan bahwa kata “Kristen” digunakan untuk menyebut orang-orang di daerah itu yang mengikuti Isa Al Masih. Kata ini tidak digunakan untuk menyebut seluruh umat Al Masih, karena umat Al Masih di Yerusalem, Arab, dan daerah-daerah Timur lain disebut Nasrani. ( Baca : Nasrani tidak sama dengan Kristen )
Jadi, pada pertengahan abad pertama, Nasrani adalah sebutan untuk orang-orang Timur yang mengikuti Isa Al Masih (misal umat Al Masih di Yerusalem ), sedangkan Kristen adalah sebutan orang-orang yang mengikuti Isa Al Masih dari Asia Kecil ke arah barat (misal umat Al Masih di Asia kecil dan Eropa ). Seiring dengan waktu, sebutan itu nantinya mengalami perluasan makna. Kata “nasrani” adalah pengikut Isa Al Masih dari mahzab Theologi Timur (Oriental, Asirian Timur, Nestorian ), sedangkan kata “kristen” adalah pengikut Isa Al Masih dari mahzab Theologi Barat (Korintus, Roma, Eropa, dsb ). Mayoritas umat Al Masih di Indonesia tergolong Kristen, karena meskipun secara geografis berada di sebelah timur, namun theologi yang dianut adalah mahzab Theologi Barat.
Memaknai Nasrani dalam Al Qur’an sebagai Kristen menyebabkan diskusi Islam-Kristen jadi tidak nyambung… Dapat diibaratkan, pihak yang satu berkata “kwek-kwek-kwek”, sedangkan pihak yang lain berkata “petok-petok-petok”. Sama-sama ngomong, sama-sama ngotot, sama-sama teriak, sama-sama narik urat leher, tapi tidak nyambung.