”Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang…” (Mrk. 1:35).
Kedatangan Yesus yang kedua sama seperti ”seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga” (Mrk. 13:34).
Tersurat memang, penjaga pintu yang diminta berjaga-jaga. Tetapi, para hamba lainnya diberikan tanggung jawab seturut tugasnya. Ada tanggung jawab yang melekat dalam sebuah tugas. Tak heran, kalau sang tuan menuntut pertanggungjawaban. Dengan kata lain, setiap hamba harus memberi jawaban dan menanggung segala akibat (jika ada kesalahan). Itu merupakan hal logis. Di akhir tugas, setiap orang harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya.
Dalam perumpamaan itu memang tak ada kepastian waktu kedatangan. Itu berarti tanggung jawab dapat dituntut kapan saja. Oleh karena itu, setiap pribadi itu harus selalu siap mempertanggungjawabkan semua tugas yang dipercayakan.
Dalam segala keadaan mereka harus bersikap dan bertindak laiknya seorang hamba. Itu merupakan tindakan wajar karena para hamba itu tidak pernah tahu kapan tuannya datang. Ketidaktahuan itulah yang seharusnya menjadi alasan para hamba itu untuk siap sedia. Bagaimanapun, tuan tersebut pasti datang!Kalau sudah begini, tentunya ”berjaga-jaga” tak sekadar ”tidak tidur semalaman”.
Nabi Yesaya mempunyai istilah yang menarik disimak. Dia menggambarkan Allah sebagai Pribadi yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan Dia (Yes. 64:4). Ya, menanti-nantikan Allah! Tentunya, orang yang menanti-nantikan Allah siap berhadapan dengan Allah kapan saja. Mereka siap memberi jawab seandainya Allah menanyakan sesuatu kepadanya.
Sebagai wakil umat Allah, Yesaya memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk turun tangan di dalam peristiwa-peristiwa dunia, mengalahkan musuh-musuh-Nya dan menyelamatkan semua yang berseru kepada-Nya. Orang percaya PB harus mendoakan hal ini setiap hari. Allah berjanji untuk bertindak demi mereka yang menantikan diri-Nya (ayat Yes 64:4).
Menanti-nantikan Tuhan berarti hidup berdasarkan penantian akan kedatangan Tuhan. Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan itu berarti siap mempertanggungjawabkan apa yang telah Tuhan percayakan kepadanya. Sikap menanti-nantikan Tuhan selaras pula dengan frasa ”datanglah kerajaan-Mu” dalam Doa Bapa Kami.
Kedatangan Tuhan itu tidak hanya persoalan nanti dan di sana, tetapi juga persoalan kini dan di sini. Orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak berorientasi pada kematiannya sendiri, di surga nanti, tetapi beroritentasi kepada kehidupannya, sekarang di bumi ini.