Menutup Pintu Sorga

Nasrani tidak sama dengan Kristen

Al Quran tidak pernah membahas Kristen ataupun Katolik secara tersurat tetapi membahas tentang umat Nasrani yang merupakan umat Isa Al ‎Masih as. Memang benar pula bahwa Nasrani ‎digolongkan menjadi :

  1. Orang-orang Nasrani yang di atas orang kafir ‎‎dan
  2. Orang-orang Nasrani yang termasuk golongan kafir.

Mengenai Nasrani ‎kafir ini, Al Qur’an memberikan ciri-cirinya tanpa menyebut mahzabnya yaitu :

  1. Yang mengatakan Tuhan punya anak(Maryam 90-‎‎91 ) dan
  2. Menjadikan Isa as sebagai Tuhan (Al Maidah116 ) Dan ‎beberapa ayat lainnya.

Nasrani tidak sama dengan KristenUmat Al Masih secara garis besar terdiri dari dua aliran theologi besar, yaitu: Theologi Barat dan Theologi Timur. Semula, “Barat” dan “Timur” ini bermakna geografis. Tetapi kemudian, “Barat” dan “Timur” merujuk kepada theologi yang berkembang dari ajaran Isa Al Masih. Theologi Barat adalah theologi yang awalnya berkembang di Barat, sedangkan Theologi Timur adalah theologi yang awalnya berkembang di Timur. Theologi Barat semula juga berasal dari theologi Timur, tapi mengalami perkembangan seiring dengan konteks masyarakat dimana mereka berada.

Theologi Barat dapat anda lihat dalam ajaran-ajaran Kristen dan Katholik. Kedua mahzab itu masih terdiri dari banyak denominasi dan denominasi masih terdiri dari banyak aliran (di Katolik disebut ordo ). Totalnya bisa mencapai ratusan aliran. Kristen adalah nama mahzab. Mazhab Kristen adalah mahzab theologi Barat, begitu juga mahzab Katholik. Bapak theologi Barat bukanlah Paulus sebagaimana yang diklaim oleh theologi liberal. Bapak theologi Barat adalah murid-murid Tertulian.

Theologi timur juga ada banyak mahzab. Mazhab yang terkenal adalah Nasrani. Nasrani awal mulanya sebenarnya bukan mahzab, melainkan nama sekelompok orang yang mengikut agamanya Nashoro (Nashara ). “Nashara” (Nashoro ) itu juga bukan nama agama. Kata “Nashoro” merujuk kepada Nasaret (Nazareth ), tempat Isa Al Masih dibesarkan dan merujuk kepada Isa Al Masih Si Orang Nasaret atau Si Nasaret. Si Nasareth atau Si Nashoro adalah Isa Al Masih itu sendiri. Jadi, agama Nashoro tidak berarti agama yang bernama Nashoro, melainkan agamanya si Nashoro. Karena si Nashoro itu adalah Isa Al Masih, maka agamanya si Nashoro berarti agamanya Isa Al Masih. Agamanya Isa Al Masih tidak berarti agama yang dianut oleh Isa Al Masih, melainkan berarti agama yang didakwahkan oleh Isa Al Masih. Agama yang didakwahkan oleh Isa Al Masih itu disebut:

  1. Jalan Lurus, Jalan Lurus-Nya Tuhan, Jalan Tuhan Yang Lurus (Kisah 13:10 )
  2. Jalan Allah atau Jalan Tuhan (Kisah 9:2; 18:25 )
  3. Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Injil, Yohanes 14:6 )
  4. Jalan Kebenaran (2 Petrus 2:2 )

Dari kata “Nashoro” ini kemudian menjadi kata “Nasroni” (Nasrani ) untuk menunjuk ke orang-orang yang mengikuti agama yang didakwahkan oleh Isa Al Masih. “Nasrani” bukan nama agama, melainkan sebutan untuk orang-orang yang mengikuti Isa Al Masih. Semula kata ini merujuk kepada semua umat Al Masih. Tapi kemudian, orang-orang Rumawi menyebut umat Al Masih dari Antiokhia, Asia kecil terus ke arah barat, bukan dengan kata “Nasroni”, melainkan Kristen. Sebagaimana kata “Nasrani” merujuk kepada orang-orang pengikut agama Al Masih di Timur dan bukan merupakan nama agama, begitu juga kata “Kristen” semula juga merujuk kepada orang-orang pengikut agama Al Masih di Barat dan bukan merupakan nama agama tetapi seiring dengan berkembangnya waktu, kata “nasrani” akhirnya digunakan untuk menyebut umat Al Masih Timur, sedangkan kata “Kristen” digunakan untuk menyebut umat Al Masih Barat.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, theologi tidak mungkin terlepas dari konteks dimana dia tumbuh. Saat ini, theologi Barat dan theologi Timur sudah tidak lagi menunjukkan dimana mereka berada, karena theologi Barat juga banyak masuk ke Timur, begitu pula theologi Timur banyak masuk ke Barat. Sekarang theologi Barat dan Timur menunjukkan asal perkembangannya dulu dan menunjuk pada karakteristik interpretasi di antara kedua jenis theologi tersebut.

Seiring perkembangan jaman, Nasrani ini menjadi suatu kelompok pemikiran tersendiri atau mahzab tersendiri dan kata tersebut digunakan untuk menyebut orang-orang yang mengikuti Theologi Timur. Mazhab ini masih terdiri dari banyak aliran. Meski demikian, secara garis besar Al Qur’an membedakan ada dua jenis Nasrani dalam Al Qur’an, yaitu:

  1. Nasrani yang oleh Al Qur’an disebut “di atas golongan kafir sampai hari kiamat” (QS Ali Imran : 55 )Frase “di atas golongan orang kafir” menunjukkan bahwa umat Al Masih ini tidak tergolong kafir dan malah terpisah dari golongan kafir. Lebih dari itu, golongan Nasrani ini ditempatkan di atas golongan kafir. Ini menunjuk kepada mahzab Nasrani golongannya Siti Khadijjah, Halimah, Waraqah bin Naufal, rahib Bahira, dsj. Sampai saat ini, golongan Nasrani ini masih ada, dan bahkan Injil pertama kali menjejakkan kaki di Nusantara ini melalui golongan ini pada tahun 635 Masehi, tepatnya di kota Barus, propinsi Sumatera Utara, dan meninggalkan antara lain jejak paham mesianisme (al masihiyyah ) dalam adat Batak purba yang masih dapat kita temui pada hari ini.
  2. Bid’ah Nasrani yang oleh Al Qur’an sebut sebagai kafir (QS At Taubah:30, QS Al Maa’idah: 116 ). Mungkin sekali pada masa itu ada umat Al Masih yang menyatakan bahwa Isa adalah putra biologis Allah (dalam makna harfiah ). Mungkin sekali pada jaman itu ada sekte yang menyembah Maryam, sehingga ada ayat kontra terhadap tuhan ibu. Kami cuma menduga-duga sekte itu pernah ada karena Al Qur’an menulis golongan yang katanya “nasrani” tapi imannya tidak dikenal oleh umat Al Masih yang eksis hingga detik ini, yaitu menyembah Maryam sebagai Tuhan (mahzab Katholik yang mengagungkan Maryam pun tidak pernah menyembah Maryam sebagai Tuhan ) dan menyebut Isa adalah putra biologis (yalad ) Allah. Jadi keberadaan bid’ah ini masih hipotetis, kami belum mendapat bukti kesejarahannya. Bid’ah ini mengaku-ngaku Nasroni, walau sebenarnya tidak bermahzab Nasroni bila kita melihat aqidah yang tercantum dalam Al Qur’an itu.

Umat Al Masih yang disebut dalam Al Qur’an tidak merujuk ke mahzab Katolik dan mahzab Kristen, karena jelas-jelas tertulis Nasrani. Maka ini berarti yang dirujuk adalah mahzab Nasrani, meski harus dibedakan lagi, Nasrani yang dimaksud oleh Al Qur’an itu Nasroni yang sebenarnya ataukah bid’ah Nasroni. Bahwa nabi Muhammad merujuk kepada golongan Nasrani itu hal yang wajar karena lingkungan nabi Muhammad dari sejak kecil hingga dewasa adalah umat Al Masih Timur itu. Selain itu, nabi Muhammad tidak pernah menjalin relasi yang cukup dekat dengan mahzab Kristen dan mahzab Katholik untuk mengetahui detil interpretasi terhadap ajaran Al Masih.

Akhirul Kalam, Al Qur’an tidak pernah membahas mahzab Al Masihiyyah selain Nasrani. Al Qur’an tidak pernah membahas mahzab Kristen dan tidak pernah pula membahas mahzab Katholik. Itulah sebabnya, ketika anda berdiskusi dengan para pengikut kedua mahzab itu tidak pernah nyambung… mirip seperti ayam dan bebek ngomong. Yang satu kwek-kwek-kwek, yang lainnya petok-petok-petok. Sama-sama ngomong ngotot, tapi tidak nyambung, akhirnya debat kusir… debat anak TK. Untuk bisa nyambung, umat Al Masih perlu berbicara dengan menggunakan logika theologi Timur, karena theologi Timur itulah yang ditemui oleh nabi Muhammad semenjak kecil hingga dewasa dari Siti Khadijjah, Waroqoh bin Naufal, rahib Bahira, dan Siti Halimah, maupun dari orang lain dalam keluarga besar istrinya yang umat Al Masih itu.

NB : Pengikut theologi Timur menggunakan kata “Isa Al Masih”, “Yasu’ Al Masih” dan padanannya dalam bahasa Aram dan Ibrani (Yeshu’a, Yeshu’e, Iso ) , sedangkan pengikut theologi Barat menggunakan kata “Yesus Kristus”.