Umat Al Masih secara garis besar terdiri dari dua aliran theologi besar, yaitu:
- Theologi Barat
- Theologi Timur
Theologi Barat dapat anda lihat dalam ajaran-ajaran Kristen dan Katholik. Kedua mahzab itu masih terdiri dari banyak denominasi dan denominasi masih terdiri dari banyak aliran (di Katolik disebut ordo ). Totalnya bisa mencapai ratusan aliran.
Kristen adalah nama mahzab. Mazhab Kristen adalah mahzab theologi Barat, begitu juga mahzab Katholik. Theologi timur juga ada banyak mahzab. Mazhab yang terkenal adalah Nasrani.
Dinamika umat Al Masih dapat digambarkan sebagai berikut
Diagram alur sejarah aliran theologi besar (klik memperbesar)
Mazhab Nasrani ini banyak masuk ke dalam Al Qur’an karena nabi Muhammad jarang bertemu dengan mahzab Kristen dan tidak pernah menjalin relasi yang sedemikian rupa dekatnya dengan mahzab Kristen sampai mengenali ajaran-ajarannya. Mazhab Kristen dan mahzab Katholik sama sekali tidak pernah disebut-sebut dalam Al Qur’an.
Pakaian Biarawati dari Umat Al Masih Timur Kuno
Siti Khadijjah yang adalah istri nabi Muhammad adalah biarawati Nasrani dari umat Al Masih Timur. Ini dapat diketahui dari pakaian serba tertutup yang dikenakan Siti Khodijah yang berbeda dengan pakaian tradisional Arab pada masa itu yang serba terbuka dan pakaian itu sama dengan pakaian para biarawati mahzab Timur. Melalui Siti Khodijjah, pakaian biarawati Al Masihiyyah itu kemudian dilestarikan dalam umat nabi Muhammad.
Kita tentu sudah biasa melihat jilbab kan?
Waraqah bin Naufal adalah uskup Mekah atau pemimpin umat Al Masih yang juga berasal dari mahzab Nasrani (umat Al Masih Timur ). Dia pula seorang penterjemah Injil ke dalam bahasa Arab pada jamannya. (Ini membuktikan bahwa pada masa nabi Muhammad, Injil terpelihara keaslian isinya dan naskah Injil dari era sekitar 5 abad sebelum nabi Muhammad sampai periode nabi Muhammad hingga kini masih ada ).
Halimah, ibunda angkat nabi Muhammad pun seorang Nasrani (umat Al Masih Timur ), sedangkan pasca Siti Khadijjah wafat, seorang istri nabi Muhammad yang bernama Maryam bermahzab Koptik.
Ketika nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertama di gua Hira, orang pertama yang dihubungi oleh nabi Muhammad adalah Siti Khadijjah, seorang biarawati Al Masihiyyah dari mahzab Timur. Kemudian Siti Khadijjah membawa nabi Muhammad untuk berkonsultasi dengan romo Waraqah bin Naufal, pemimpin umat Al Masihiyyah Mekah yang juga bermahzab Timur. Dengan posisi Waroqoh bin Naufal sebagai pemimpin umat Al Masih, maka kita bisa paham dengan tindakan Siti Khodijjah. Misal, mengapa Siti Khodijjah membawa nabi Muhammad ke pemimpin umat Al Masih dan bukannya membawa nabi Muhammad ke pemimpin spiritual hanif di Mekah.
Dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad, penopang terbesar dan pendukung terbesar nabi Muhammad baik secara fisik, batin, materi, ruhani adalah Siti Khadijjah.
Mustahil uskup dan biarawati umat Al Masih mendukung nabi Muhammad andai apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad mengkontra Alkitab. Dukungan Siti Khodijjah, romo Waroqoh bin Naufal, dan rahib Bahira (yang juga rahib dari mahzab Timur ) mengindikasikan bahwa apa-apa yang disampaikan oleh nabi Muhammad sejatinya tidak bertentangan dengan iman Al Masihiyah, khususnya iman umat Al Masih Timur. Andai ada pertentangan, maka mustahil para tokoh Al Masihiyyah Timur itu mendukung dakwah nabi Muhammad.
Dari sejarah ini, kita sampai kepada pandangan bahwa Alkitab dan Al Qur’an tidak bertentangan dan tidak berkontadiksi. Andai seolah-olah terdapat pertentangan antara Alkitab dan Al Qur’an, maka yang bertentangan bukan kitab-kitab tersebut, melainkan interpretasi terhadap kitab-kitab tersebut. Pertentangan hanya ada pada tataran interpretasi saja, bukan pada tataran kitab.
Kita dapat melihat kekeliruan interpretasi terhadap Al Qur’an yang dialami oleh umat nabi Muhammad melalui tindakan pembantaian terhadap umat Al Masih. Selama berabad-abad, umat Al Masih Timur dari berbagai bangsa telah mengalami pembantaian rezim demi rezim, misalnya umat Al Masih Timur berkebangsaan Assyrian dalam video berikut ini:
Nabi Muhammad tentulah tidak pernah mengajarkan pembantaian/ genosida dan perkosaan masal terhadap umat Al Masih, sebagaimana yang dilakukan oleh Dinasti Ottoman Turki yang dibangga-banggakan sebagai Khilafah Islamiyyah itu terhadap umat Al Masih Timur dari berbagai bangsa pada awal abad 1900-an. Pria, wanita, orang tua, kanak-kanak, dan bahkan bayi, dibantai masal. Para wanita tanpa pandang umur dilecehkan dan bahkan diperkosa. Namun interpretasi keliru terhadap Al Qur’an dapat menciptakan pembenaran terhadap genosida terhadap umat Al Masih Timur itu.
Sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam Alkitab pada sekitar tahun 600 SM (12 abad sebelum kelahiran nabi Muhammad ), umat nabi Muhammad terjatuh ke dalam kegelapan. Kegelapan itu adalah interpretasi keliru terhadap Alkitab dan Al Qur’an yang membawa sebagian dari umat itu antara lain ke jalan pembantaian/ genosida.
Dan sebagaimana yang dinubuatkan oleh Alkitab pula, orang-orang yang membunuh umat Al Masih mengira perbuatan tersebut adalah perbuatan bakti kepada Allah.
Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kalian (umat Al Masih ) akan mengira bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (Injil, Yohanes 16:2 )
Kami tekankan bahwa jalan yang ditempuh mereka yang memilih jalan sebagai pembantai dan teroris itu bukan disebabkan oleh Al Qur’an dan juga bukan disebabkan oleh nabi Muhammad, melainkan disebabkan kekeliruan interpretasi terhadap Al Qur’an dan nabi Muhammad. Jadi kita selaku umat Al Masih, Kristen dan Katholik tidak perlu antipati terhadap nabi Muhammad dan Al Qur’an hanya gara-gara ulah pengikut yang tersesat itu. Malah kita perlu mendoakan mereka untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan yang ditempuh oleh Isa Al Masih, yang disusul kemudian juga oleh nabi Muhammad. Andai seolah-olah terdapat pertentangan antara Alkitab dan Al Qur’an, maka yang bertentangan bukan kitab-kitab tersebut, melainkan interpretasi terhadap kitab-kitab tersebut.
Umat Al Masih Timur adalah umat Al Masih yang “menyumbangkan” syuhada terbanyak sepanjang sejarah umat Al Masih semenjak awal abad. Itulah sebabnya jama’ah Timur ini dikenal sebagai “Jama’ah Para Syuhada”.
Puji Syukur, fakta membuktikan, genosida terhadap umat Al Masih tidak memunahkan umat Al Masih.