Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah Adalah kasih ( 1 Yohanes 4:8 )
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran ( Yoh. 4:24 )
Allah Itu Kasih
Dan Yesus mengatakan kepada kita, Allah itu kasih. Yesus mendemonstrasikan kasih Allah kemanapun Dia pergi, seperti ketika Dia menyembuhkan orang sakit, serta menolong yang disakiti dan miskin.
Kasih Allah sangat berbeda secara radikal dengan (kasih) kita, karena tidak berdasarkan ketertarikan atau penampilan. Kasih (Allah) itu secara total mengorbankan diri dan tidak mementingkan diri.
Yesus membandingkan kasih Allah dengan kasih bapa/ayah yang sempurna. Ayah yang baik menghendaki yang terbaik untuk anak-anaknya, berkorban untuk mereka, dan memberikan kebutuhan mereka. Tapi untuk kepentingan terbaik mereka, dia juga mendisiplinkan mereka.
Yesus mengilustrasikan hati kasih Allah dengan cerita tentang seorang anak, yang memberontak dan menolak nasehat ayahnya mengenai yang terpenting dalam kehidupan. Kesombongan dan keinginan diri membuat, anak itu berhenti bekerja dan “hidup semaunya”. Daripada menunggu sampai ayahnya membagi warisan, dia mulai memaksa ayahnya untuk memberikan warisan itu kepadanya.
Dalam cerita Yesus, ayahnya memberi permintaan anaknya. Tapi keadaan buruk menimpa anaknya. Setelah menghabiskan uang untuk bersenang-senang, anak yang pemberontak itu terpaksa bekerja di peternakan babi. Ketika dia begitu lapar makanan babi pun terlihat enak (diceritakan dia memakan makanan babi). Putus asa dan tidak yakin ayahnya akan menerimanya kembali, dia membereskan tasnya dan pulang ke rumah ayahnya kembali.
Yesus menceritakaan kepada kita bukan saja sang ayah menyambutnya, tapi dia lari memeluknya. Dan kemudian secara radikal total dalam kasihnya, sang ayah menyelenggarakan pesta besar untuk merayakan kembalinya si anak.
Ini sangat menarik. Kendati ayahnya sangat mengasihi putranya, dia tidak mengejarnya. Dia membiarkan sang anak yang dikasihinya, untuk merasakan kesakitan dan penderitaan karena konsekuensi pilihan pemberontakannya sang anak.
Dengan cara yang sama, ayat-ayat Alkitab mengajarkan kasih Allah tidak pernah mengkompromikan tentang apa yang terbaik untuk kita. Kasih itu akan membiarkan kita menderita atas pilihan-pilihan salah kita.
Yesus juga mengajarkan Allah tidak akan pernah mengkompromikan karakterNya. Karakter adalah siapa kita adanya. Itu adalah esensi kita, dimana pikiran-pikiran dan tindakan kita berasal. Jadi seperti apa esensiNya Allah itu ?
bersambung pada artikel berjudul : Allah Itu Suci
Tulisan Serial Tentang Alkitab : Masihkah Dapat Dipercaya ??? ; Masihkah Ada yang Dipercaya–Bagian 6 ; Masihkah Ada yang Dipercaya–Bagian 5 ; Masihkah Ada yang Dipercaya–Bagian 4 ; Masihkah Ada yang Dipercaya–Bagian 3 ; Masihkah Ada yang Dipercaya–Bagian 2 ; Masihkah Ada yang Dipercaya–Bagian 1