Menutup Pintu Sorga

Cara Praktis Membebaskan Diri Dari Perilaku Sex Sesama Jenis

Sejak umur berapa hal itu berlangsung namun tahu pasti, hingga berumur 6 tahun, saya masih menjadi obyek pelecehan sex laki-laki yang lebih tua. Setiap kali hal itu terjadi saya diberi uang. Jujur saya akui, saya MENIKMATINYA! Saya pun lalu tumbuh sebagai remaja yang kecanduan MASTURBASI. Ketika masturbasi, bila membayangkan wanita, saya hanya membayangkan paha yang mulus dan buah dada yang tersingkap sebagian, namun ketika membayangkan lelaki saya mampu membayangkan SEMUANYA karena pernah mengalaminya.

Cara Membebaskan Diri dari Perilaku Sex Sesama Jenis

Ketika tumbuh menjadi pemuda saya TAKUT mendekati wanita karena menyangka mereka akan JIJIK bila tahu apa yang telah saya alami ketika kecil dan apa yang saya lakukan selama remaja. Saya juga hidup dalam rasa KHAWATIR akan menjadi homoseksual bahkan biseksual. Itu sebabnya sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama) saya mencari dan membaca berbagai buku tentang sex dan homoseksual untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada saya. Berkali-kali saya menghajar teman-teman lelaki yang mencoba untuk menyentuh dan mencium saya. Bukan karena apa yang mereka lakukan itu tidak terasa NIKMAT, namun karena walaupun bukan orang Kristen akan tetapi saya TAHU menjadi homoseks berarti melanggar KODRAT sebagai manusia.

Setelah menjadi orang Kristen, saya mulai belajar Alkitab. Karena kecerdasan yang terbatas maka saya hanya mampu memahaminya sedikit demi sedikit. Namun saya terus belajar karena yakin punya kesempatan seumur hidup untuk belajar. Karena tahu kelemahan diri sendiri maka saya membina diri, sedikit demi sedikit. Saya menjauhi pergaulan dengan sesama lelaki yang memiliki kecenderungan untuk memeluk, menyentuh bahkan mencium.

Mulai melatih diri agar menjadi lelaki yang mudah disukai wanita. Saya mengagumi wanita, lalu jatuh cinta kepada wanita. Ketika ditolak waktu melamarnya menjadi kekasih, saya tidak putus asa. Saya minta tolong para wanita untuk mengajari saya menjadi lelaki pujaan mereka. Perlahan namun pasti, saya pun lalu menjadi saya. Tidak tampan, tidak kaya, tidak pinter, tidak berbakat seni, tidak berbakat olahraga namun disenangi wanita. Hal itu dimulai dengan saya belajar mencintai diri sendiri tanpa syarat.