Setelah membiarkan pemuda itu tenang, dokter itu berkata, "Dua minggu yang lalu, waktu saya periksa pacar anda memang benar-benar perawan. Saya berani mempertaruhkan reputasi saya untuk diaknosa yang saya buat. Mustahil dokter berpengalaman seperti saya melakukan kesalahan konyol demikian." Pemuda itu menatap dokter itu, dokter itu membalas tatapannya dengan penuh keyakinan.
Beberapa saat berlalu, akhirnya pemuda itu berkata, "Kalau dokter nggak salah diaknosa, lalu apa yang sesungguhnya yang terjadi? Kenapa nggak ada darah? Kenapa dia nggak berdarah?" Dokter itu memandang pemuda itu, setelah berpikir dia lalu berkata, "Saya tidak tahu apa yang terjadi. Namun bila anda kehendaki, saya bisa melakukan pemeriksaan apakah saat ini pacar anda masih perawan atau tidak. Pemuda itu setuju, dia pun lalu keluar meninggalkan kekasihnya.
Pemeriksaan kali ini nampak jauh lebih lama dari sebelumnya. Nampaknya dokter itu melakukan pemeriksaan seteliti mungkin. Itulah yang dipikirkan oleh pemuda itu ketika menunggu di ruang tunggu. Dua jam lebih berlalu, akhirnya dokter itu membuka pintu ruang prakteknya dan mempersilahkan pemuda itu masuk. Pemuda itu masuk. Dia mendapati pacarnya duduk dan nampak lelah sekali. Hal yang sama juga terjadi pada dokter itu. Nampaknya pemeriksaan kali ini dilakukan dengan benar-benar teliti itu sebabnya menguras tenaga baik dokter yang memeriksa maupun gadis cantik yang diperiksa itu. Walaupun kelihatan lelah, namun nampaknya pemeriksaan kali ini berhasil dengan baik, itu sebabnya baik wajah dokter maupun pacarnya memancarkan kepuasan.
"Bagaimana pak dokter?" Tanya pemuda itu penuh rasa ingin tahu. Dokter itu menatap pemuda itu sambil tersenyum. "Dua minggu yang lalu saya meriksanya dua kali. Itu sebabnya saya yakin dengan hasilnya. Kali ini, Setelah memeriksanya tiga kali, saya memutuskan untuk memeriksanya sekali lagi. Itu sebabnya hasilnya pasti tidak akan meleset." Dokter itu berhenti, dia menatap gadis muda itu sambil tersenyum. Gadis itu membalas tatapannya malu-malu, namun tak berhasil menunjukkan rasa senangnya. Pemuda itu langsung menyambar, "Bagaimana hasilnya pak dokter?" Dokter itu memandang pemuda itu lalu berkata dengan sabar. "Anda benar, hasil pemeriksaan tadi memang membuktikan bahwa pacar anda tidak perawan lagi."
Pemuda itu nampak lemas menerima jawaban dokter itu. Dia menatap pacarnya dan amarahnya mulai naik. Dokter itu berkata, "Dik, dua minggu yang lalu pacar anda masih perawan. Saya menjamin diaknosa itu mustahil salah. Pemeriksaan tadi membuktikan bahwa pacar anda sudah tidak perawan lagi. Tadi malam kalian lupa daratan seperti cerita anda. Dua minggu lagi kalian akan menikah. Jadi silahkan menarik kesimpulan sendiri lalu ambillah keputusan dengan bijaksana. Untuk pemeriksaan kali ini saya tidak akan pungut biayanya."
Mobil itu itu meluncur di keramain Jakarta. Pemuda itu mengulurkan tangannya memegang bahu pacarnya dan berkata, "Kita akan menikah dua minggu lagi. Saya percaya kamu memang masih perawan waktu diperiksa pertama kali." Gadis itu menatapnya dengan mesra. Di antara hiruk-pikuk jalanan Jakarta, gadis itu berkata, "Waktu periksa pertama, dokter bilang saya masih perawan, itu sebabnya berdarah. Waktu diperiksa tadi, tidak berdarah, makanya dokter bilang saya nggak perawan lagi. Kalau abang nggak percaya, saya nggak keberatan kok untuk diperiksa lagi. Siapa tahu dokternya salah?"
Itulah sepenggal kisah sepasang kekasih tentang pemeriksaan selaput dara dengan cara manual yang diceritakan oleh bulan di suatu malam ketika aku ngelamun, menatap langit merah di padang gelap Surya Kencana, Gunung Gede. Sebelum terlelap, saya mengingatkan diri, bila bertemu dengan dokter itu jangan lupa bertanya, "Bagaimana cara melakukan pemeriksaan selaput dara secara manual?" Akhirnya saya terlelap sambil ngakak.