Menutup Pintu Sorga

7 Pendorong Timbulnya Gerakan Kharismatik

image

Gerakan Kharismatik bukanlah suatu ajaran baru. Dia adalah suatu gerakan atau peristiwa yang bersifat religius yang berlangsung di dalam dan diluar gereja. Dia merupakan koreksi dan kritik terhadap kelemahan-kelemahan tertentu dalam gereja yang lebih banyak menekankan aspek dogmatis, lembaga, rasional dan intelektual, tetapi melupakan aspek emosional, psikologis, karunia-karunia Roh, dan penghayatan iman individu yang intensif, dinamis dan kreatif. Memperhatikan latar belakang timbulnya gerakan kharismatik, beberapa hal yang menonjol perlu dicatat seperti:

  1. Ada rasa kecewa karena ternyata harta benda (material) tidak dapat membawa kebahagiaan. Bahkan harta benda menjadi penghalang untuk membangun kehidupan yang saleh. Karena itu harta benda tertentu, seperti warisan nenek moyang dan benda-benda purbakala harus dibuang. Dalam masyarakat tradisional benda-benda seperti itu sering mempengaruhi pikiran, perasaan dan kepercayaan manusia. Dalam hubungan itu harta benda dianggap sebagai alat setan yang harus dibuang. Lebih dari itu kebutuhan kehidupan manusia hanya sedikit yang dapat diatasi oleh harta benda.
  2. Perkembangan Ilmu teologia yang bersifat dogmatis dan intelektualistis, sering menimbulkan kebingungan, perbedaan bahkan perpecahan diantara para teolog dan warga jemaat.
  3. Kehidupan rohani dan religius, pelayanan pastoral dan pendampingan gereja yang terbatas, formalistis dan semu, berdampak pada kemerosotan moral dan etis, penyimpangan dan penyelewengan dalam berbagai bidang kehidupan dan pelayanan yang bersifat semu dsb.
  4. Kehidupan gereja yang terbelenggu dalam bingkai organisasi, birokrasi dan struktur serta berbagai peraturan membatasi ruang gerak individu. Orgnisasi, birokrasi, aturan, dana dan pembangunan pisik seperti gedung gereja menyita perhatian yang sangat besar. Sementara perhatian terhadap pelayanan pendampingan pastoral dan konseling pastoral sangat kurang, bahkan sering dianggap sekedar formalitas. Masalah teologis dan kultural tidak membuka kesempatan dan ruang gerak bagi individu mengembangkan hubungan dan komunikasinya dengan Tuhan secara bebas, kreatif, dinamis. Penyelidikan alkitab, kelompok doa, persekutuan doa dan aktualisasi karunia-karunia Roh sangat terbatas.
  5. Pelayanan gereja kurang menyentuh kebutuhan, tidak menyapa dan kurang memberi sambutan terhadap warga jemaat. Khotbah-khotbah sering terlalu bersifat monolog, (anggota jemaat hanya mendengar), teologis yang tidak dirasakan relevansinya dengan kehidupan dan pergumulan warga jemaat dan masyarakat. Ibadah-ibadah sangat terikat pada aspek dogmatis, liturgi dan suasana ibadah yang hidmat, tenang dan teduh, sering melupakan kebutuhan warga jemaat terutama bagi generasi muda. Warga jemaat merasa asing, sunyi dan sepi di tengah ibadah yang semarak. Tidak ada saling menegur dan menyapa. Tidak jarang kita menemukan bahwa pelayanan gereja (khotbah) tidak menuntun kepada padang rumput yang subur dan mata air yang sejuk, melainkan justru melepaskan warga jemaat di tengah padang pasir yang gersang, kering, tanpa rumput dan air, tidak ada tempat berteduh . Inilah komentar warga jemaat: "Khotbah kurang menyentuh kebutuhan warga jemaat. Kita mengalami tekanan (stress) di tempat kerja, di jalan, di rumah dan masyarakat, namun ketika kita datang ke gereja tidak ada penyegaran. Bahkan kita dibebani dengan berbagai kewajiban. Sebagai warga jemaat kami tetap mengikuti ibadah-ibadah dan kegiatan pelayanan gereja, namun untuk mendapatkan penyegaran kami pergi mengikuti ibadah di tempat lain yang lebih rileks, menyegarkan, dan menyambut setiap orang yang datang.
  6. Tidak dapat disangkal bahwa dalam gereja sering kehadiran dan peran Roh Kudus digeser oleh pengaruh intelektual dan kekuasaan manusia. Pengaruh kuasa, tradisi dan budaya sering lebih dominan dalam penentuan kebijakan pelayanan. Sikap demikian dapat menghambat pelayanan yang dinamis dan mematikan semangat warga jemaat.
  7. Tetapi tekanan berlebihan pada pekerjaan Roh Kudus (karunia Roh), penghayatan dan pengalaman iman, kesalehan individu, dapat mengabaikan karunia-karunia lain dan melupakan aspek sosial panggilan gereja, aspek persekutuan atau kebersamaan, apsek rasional dan aspek kritis dari iman. Gerakan kharismatik mengabaikan sikap kritis, rasional dan intelektual dari iman. Aspek jasmani dan rohani serta material merupakan satu kesatuan yang membuat penghayatan, pengalaman dan pengakuan iman menjadi utuh. Memang manusia hidup bukan hanya oleh roti tetapi oleh setiap firman yang keluar dari Allah. Tetapi pernyataan ini menunjukkan bahwa "roti" dan "air" penting dalam mendukung kehidupan manusia. Yesus tidak hanya mengajar dan berkhotbah tetapi juga memberi makan. Harta benda tidak jahat dalam dirinya sendiri, melainkan dalam sikap manusia.

Jadi ada sumbangan positif gerakan kahrismatik bagi pengembangan dan pembaharuan kehidupan dan pelayanan gereja, termasuk pembaharuan terhadap Injil, dan budaya gereja. Pemahaman Teologi dan rumusan dogmatis yang tidak bermanfaat bagi pertumbuhan iman warga jemaat, tidak mengembangkan pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus, harus dibaharui. Tetapi sumbangan positif tidak terlepas dari kelemahan yang harus ditata dan dikembangkan secara berimbang. Sikap yang berat sebelah perlu mendapat perhatian, baik oleh gerakan kharismatik maupun oleh gereja.

Sumber : Gereja Toraja