Menutup Pintu Sorga

Memahami Keberadaan Oknum Iblis Di Taman Eden (Bagian 14)

Banyak misteri yang tidak atau belum kita ketahui bila membaca Kitab Kejadian, hal penciptaan yang sering menimbulkan perdebatan tiada akhir. Tentang penciptaan dunia, juga penciptaan manusia. Semua pergumulan dalam mempelajari firman Allah itu akan bertemu dalam suatu perdebatan yang tiada akhir maupun yang berakhir dengan kesepakatan, namun apakah kita selalu konsisten dengan pemahaman yang bisa saja, pada suatu waktu nanti, ditentang oleh pemahaman baru ? Firman Allah pasti konsisten, sementara manusia terbukti sering tidak begitu setia pada firman Allah, dan pilihan itu terpulang kepada masing-masing.

Lihat saja dalam memahami hal penciptaan manusia, ada dua penafsiran yang berbeda ketika menjabarkan penciptaan manusia pada : - Kejadian 1:26, - Kejadian 2:7 dan - Kejadian 5:2.

Kej. 1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar  dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

Kej. 2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah  dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk  yang hidup

Kej. 5:2 laki-laki dan perempuan  diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka

Ada yang menafsirkannya bahwa sebelum Adam diciptakan, Allah sudah menciptakan manusia juga. Namun ada yang menafsirkannya bahwa manusia pada Kejadian 1:26, 2:7 , 5:2 adalah manusia yang sama yaitu Adam.

Memang kata manusia dalam bahasa Ibraninya adalah Adam. Namun atas pertimbangan atau barangkali atas tuntunan Roh Kudus , dalam terjemahan bahasa Indonesia, nama Adam baru disebutkan setelah “Insiden di dalam Taman Eden” terjadi, tepatnya pada Kejadian 4:25, barulah nama ADAM dituliskan, sebelumnya selalu ditulis MANUSIA untuk menunjuk pengelola taman Eden itu.

Apakah ADAM ini menjadI NAMA PRIBADI begitu keluar dari taman Eden? Apakah para penterjemah Alkitab tersebut “suka-suka” saja dalam menuliskan kalimat ADAM dan MANUSIA, toh artinya sama saja ? Kalau begitu dimana letak konsistensinya dalam mengalih bahasakan ?

Tentunya tidak demikian, itulah salah satu misteri nama manusia yang harus kita pahami dengan benar, dan para penterjemah itu tentu telah melakukan tugasnya dengan baik, peran Roh Kudus dalam penterjemahan Firman Allah pasti mendampinginya walau tanpa disadarinya.

Tentang  NAMA PRIBADI adam, baik di taman Eden maupun setelah keluar dari taman Eden, Alkitab tidak menjelaskannya. Tetapi kalau kita mencoba menafsirkan dari terjemahan bahasa Indonesia, nama pribadi atau nama panggilan manusia pertama itu bisa kita tafsirkan lebih mudah. Untuk itu ada yang menafsirkan bahwa  nama pribadi Adam sewaktu di taman Eden dan di luar taman Eden bisa berbeda.

Di taman Eden dia dipanggil MANUSIA, di luar taman Eden dia dipanggil ADAM. Namun ada juga yang menafsirkan bahwa nama panggilan Adam sewaktu di taman Eden adalah ULAR. Ada juga yang menafsirkan bahwa ular hanya sebagai ALAT untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa, ular sebagai binatang, bukan sebagai nama panggilan Adam. Mana yang tepat ? Untuk itu kita coba menelusurinya dengan hati-hati.

Bisakah nama binatang dipakai sebagai nama panggilan manusia ? Tidak hanya terjadi pada zaman dulu, masa sekarang pun masih banyak manusia yang mempunyai nama panggilan seperti nama binatang, bahkan ada teman yang biasa dipanggil dengan nama-nama binatang, panggilan ini biasanya ditujukan bagi manusia jenis pria atau laki-laki, contoh nama binatang yang sering menjadi nama panggilan manusia, yaitu :

- Celeng (diambil dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya BABI HUTAN).
- Bagong (diambil dari basa Sunda, bahasa Indonesianya BABI HUTAN).
- Kethek (dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya KERA atau MONYET).
- Pithik (dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya AYAM).
- Kirik (dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya ANAK ANJING).
- Ulo (dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya ULAR).
- Boyo (dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya BUAYA).
- Turangga (dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya KUDA).
- Precil (dari bahasa Jawa, bahasa Indonesianya ANAK KODOK).
- Prenjak (nama jenis BURUNG).
- Gajah.
- Dan lain sebagainya
.

Ketika ada orang memanggil temannya dengan kalimat : “Hallo Gajah apa kabar?” Ini bukan seperti anak kecil ketika melihat binatang Gajah di kebun binatang dengan memanggilnya seolah teman lama, tapi kita harus melihat konteksnya, kata para teolog sering mengingatkan bila kita memakai frasa-frasa tertentu. Nama binatang yang digunakan untuk panggilan akrab untuk seorang sahabat tentu berbeda dengan nama binatang yang dipergunakan untuk MEMAKI.

 “Hei Babi, kemana aja lu?” “Hei Babi lu!” Kedua kalimat ini sama-sama menggunakan kata BABI yang ditujukan kepada seseorang, namun berbeda “makna”nya. Yang satu berirama keakraban, yang satunya dengan emosi meluap. Dan tentu masih ada lagi nama-nama sebutan untuk menamai binatang dari bahasa Jawa maupun dari bahasa daerah yang lain, yang dipakai sebagai nama panggilan manusia. Yang dipanggil pun tidak merasa diledek atau dilecehkan, justru yang memanggil biasanya teman-teman dekatnya atau teman akrabnya.

Jadi bila ADAM dipanggil dengan nama ULAR, kemungkinan itu bisa saja terjadi, meskipun ini tidak tertulis dalam Alkitab dan pasti dijadikan pedoman para penafsir untuk menolak pemahaman ini. ULAR sebagai nama pribadi yang diberikan HAWA kepada Adam barangkali bukan sesuatu  nama yang aneh, pada masa lalu maupun masa sekarang dan yang akan datang. Tetapi apakah nama panggilan ini hanya budaya di Indonesia atau bisa terjadi hal yang sama di belahan negara yang lain? Ataukah taman Eden adalah cikal bakal yang kelak menjadi tradisi tak tertulis bahwa nama binatang boleh atau dibenarkan  dipakai untuk panggilan manusia?

Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. (Kejadian 2:19).

Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong   yang sepadan dengan dia. (Kejadian 2:20).

Dari ayat tersebut, Tuhan Allah memberi mandat kepada Adam untuk memberi nama segala binatang hutan dan segala burung di udara. Di sini Adam tidak memberi nama seperti kita memberi nama kepada binatang peliharaan kita, mengingat kalimat DEMIKIANLAH NANTI NAMA MAHLUK ITU pada ayat itu. Ini berarti nama-nama binatang dan burung itu akan terus berlanjut hingga sekarang, barangkali yang berubah dari sisi bahasanya saja, namun mengandung arti yang sama.

Lalu setelah HAWA dibangun Tuhan Allah sebagai teman yang sepadan dengan Adam, apakah Hawa berhak memberi nama-nama pada makhluk ciptaan Tuhan Allah ? Tidak tertulis dalam Alkitab, namun dapat ditafsirkan bahwa Hawa mempunyai kesempatan yang SEPADAN dengan Adam dalam memberikan nama-nama, apalagi Adam telah mengatakan dalam ayat ini.

Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai  perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki. ” (kej. 2:23).

Dengan demikian soal pemberian nama pada akhirnya bukan hak mutlak kaum lelaki saja, tetapi kaum perempuan juga mempunyai hak yang sama dalam pemberian nama hingga generasi masa kini dan yang akan datang. Jadi EMANSIPASI sudah tersirat dalam kehidupan di taman Eden itu.

Namun esensi dari penciptaan manusia itu sendiri  yang terpenting bahwa manusia itu diciptakan dari apa, oleh apa, untuk apa, terhadap Allah sang Pencipta itu. Dan kita sebagai manusia generasi berikutnya, sebagai manusia yang hidup di dunia yang sudah dikutuk oleh karena dosa Adam, harus memahami asal-usul kita melalui firman-firman-Nya Itulah kebenaran peringkat tertinggi yang dianugerahkan Allah kepada manusia sebagai puncak ciptaan Allah, yang mendelegasikan otoritas atas bumi, bukan kepada para malaikat atau Iblis melainkan kepada umat manusia.

Ams 8:23 Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.

Kis 17:26 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk
mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan
batas-batas kediaman   mereka,

Mzm 103:14 Sebab Dia sendiri tahu apa kita , Dia ingat, bahwa kita ini debu.

Mzm 119:73 Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku,
berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu.

Mzm 8:5-6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,
dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia
berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya
Mzm 82:6 Aku sendiri telah berfirman:
“Kamu adalah allah ,dan anak-anak Yang
Mahatinggi kamu sekalian.

Mzm 89:6 Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN,
yang sama seperti TUHAN di antara penghuni sorgawi?

Yak 3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk
manusia yang diciptakan menurut rupa  Allah,

Mat 19:4 Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?

Mrk 10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,

Mzm 115:16 Langit itu langit kepunyaan TUHAN,   dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.

Menelusuri penciptaan manusia untuk memahami keberadaan “oknum” Iblis di taman Eden adalah langkah awal sebelum meyakini bahwa Iblis adalah ular atau yang merasuki ular. Atau bisa jadi Iblis tidak diciptakan Tuhan di taman Eden, mungkin saja Iblis memang belum ada di taman Eden atau Iblis memang cikal bakalnya dari taman Eden setelah manusia itu berdosa.

Cerita tentang manusia di taman Eden belum berakhir sampai di sini, karena masih banyak yang bisa kita pelajari lebih mendalam untuk menguak misteri penciptaan itu.

Bersambung pada Bagian 15 : 

Nafas Hidup Tuhan Nyawa Adam (Bagian 15)